Wednesday, December 26, 2012

Katanya Aku Pacar Pertama Kamu


kadang aku tak bisa membedakan mana yang namanya cinta atau hanya sekedar hasrat biasa. kadang aku juga tak bisa menempatkan hatiku di mana yang aku inginkan, tapi aku tahu kali ini hanya perasaan kagum. ya. kejadiannya begitu cepat dan aku tak bisa mencegahnya. aku pernah menyukai seseorang, tidak ini bukan suka, aku hanya kagum. ya, kejadiannya kemarin tapi itu sudah berlalu, tidak. tidak berlalu dalam sehari tapi sebulan 10 hari.

          Tepat dimana aku baru saja jatuh cinta dan tak lama kemudian aku merasakan pahitnya patah hati, harusnya aku tak membagi perasaan ini kepada orang lain tapi aku terlalu memaksa melawan rasa sakit yang aku alami. aku menutupi kesakitanku oleh dirinya (dwi). tanpa berpikir panjang aku menjadikan mu pelarian atas sakitnya rasa hatiku, rasanya seperti kaca yang jatuh dan pecah, ingin rasanya aku menyatukannya kembali tapi rasanya lama jika aku harus memperbaikinya.
Sapaku pertama kalinya dengan nada centil "hai dwi". aku baru mengenalnya dekat saat kita mulai membagi hati/kasih sayang. dengan garis wajahnya yang hampir seperti lukisan, ia membalas sapaanku dengan senyuman lembut J. satu minggu berlalu di awal bulan november. aku menemukan namanya dalam daftar on chat jejaring sosial Facebook dan aku memulai percakapan lebih dulu " hai dwi, lagi ngapain?", "lagi online aja widi, widi lagi ngapain?" balasnya ramah. "oh, sama dong kalo gitu" balasku lagi. 5 menit berlalu aku menunggu balasan dari chat ku, dia tak membalas dan aku juga mulai tak menghiraukannya.
Aku pernah menuliskan surat pendek di buku tulis catatan bahasa inggrisnya yang ku pinjam semalam, hehe konyol memang apa yang aku lakukan, di mana rasa maluku? haha entahlah tiba - tiba urat malu ku seperti putus seketika saat aku menuliskan surat itu.
“dwi kenapa nggak balas chat aku? Kan aku mau speaking sm kamu. Aku nungguin kamu. Oh iya makasih ya udah pinjemin buku bahasa inggris kamu J” widi~.
Besoknya aku kembalikan bukunya dan hari itu benar – benar aku tak menyangka ternyata tulisanku dibaca oleh teman – temanku yang lain, oke aku jadi bahan ejekan, hahaha
Saat malam kami membahas sedikit obrolan dan aku yang memulai “Dwi kan punya BB kenapa nggak main twitter?”, “aku nggak ngerti cara mainnya, buatin ya widi yg baik hati J”, “yaudah nanti aku ajarin mainnya gampang kok, iya dwi sama – sama”.
2 minggu berlalu, tepat pada pulang sekolah aku baca pesan masuk yang di kirimkan dwi kepadaku “mulai sekarang kita pacaran ya J”. Dengan heran aku hanya tersenyum dan membalasnya “iya J”. 
Aku bertanya pada diriku sendiri “kita jadian? Aku sama kamu?! Oh, widi apa yang telah engkau lakukan sampai semua ini bisa terjadi?!”.
Aku memulai hari dengan hubungan ini, aku berlaga selayaknya orang yang berpacaran. Aku mengirimkan ia ucapan selamat pagi dan selamat malam, di sekolah aku selalu memandanginya, aku berjalan di belakangnya saat pulang sekolah, aku bilang “aku pulang duluan ya”, kita saling mengirim dan membalas pesan seadanya, karna aku memang tidak menyangka.
Pesan tertuliskan bernama Dwi “kamu lagi ngapain? Kamu udah sampai dirumah?”, “aku baru sampe. Iya udah kok” aku balas seadanya dan pada malam hari “aku berangkat futsal dulu ya, aku ada tournament. Nanti kalo aku udah pulang, aku sms ya. kamu jangan lupa makan sama sholat”, “iya hati – hati ya, semangat ya sayang. Iya”, “I love you”, “iya J”.
Seminggu kemudian hubungan kami berlangsung dengan baik – baik tanpa ada pertengkaran sekecil apapun karna aku mengerti kegiatannya yang ia lakukan setiap malam, meninggkalkan ku demi hobinya tapi bagi ku itu tidak masalah.
Dia memulai percakapan pada malam hari sebelum ia berangkat futsal “kamu lagi ngapain sayang? Kamu udah sholat belum?”, “aku lagi nonton, iya udah kok”, “jam 8 nanti aku ada futsal, mungkin aku pulang jam 10. Kamu tunggu aku pulang ya sayang”, “oh iya, iya aku tunggu”.
Jam menunjukan pukul 10 malam dan aku mulai mengantuk. Aku mulai bosan duduk terpaku asyik dengan laptopku, bermain games. Online facebook dan twitter.
          1 new message Dwi : “sayang maafya aku baru pulang, tadi


temen aku kakinya ke lindas truk, jadi aku bawa dia ke klinik


dulu, kamu jangan marahnya”. “widi, I love you”
Pesan ini baru aku baca pagi hari.
3 minggu hubungan ini sudah berlalu, ia mulai jarang mengabariku karna ia terlalu sibuk dengan hobinya dan ia tidak pernah bicara kalau ia tidak memiliki pulsa untuk menghubungiku. Aku mulai merasa bosan, aku baca di situs jejaring socialnya di akun twitternya dia bilang “no women no cry, no widi I cry” di tuliskan pada malam waktu ia meminta maaf karna ia pulang terlambat dari ia bermain futsal.
Sempat aku bertanya “apa kamu sama mantan – mantan kamu kaya gini? Cuek?”, “haha mantan – mantan aku? Kayanya banyak banget. Nggak sayang, aku baru pacaran pertama kali sama kamu. You’re my first love J”. Jawabnya dengan santai
Minggu ke 4 pada akhir tahun tepat tanggal 31 desember aku bilang “kita lebih baik putus, ternyata aku belum siap sama kamu yg terlalu cuek”.
Aku tunggu balasan smsnya sampai 9hari di awal tahun baru.
          1 new message Dwi : “kenapa kamu mutusin aku? Aku tau mungkin kamu lebih memilih dia daripada aku. Andai aja aku dikasih kesempatan sekali lagi untuk kembali sama kamu, aku pasti akan berubah”.
          “maaf Dwi bukan aku tak ingin memberimu kesempatan kedua, tapi aku hanya ingin kamu berubah. Mungkin lain waktu kita bisa kembali seperti dulu asalkan kamu mau merubahnya, karna kamu bisa merubahku kapanpun kamu mau”.
-      The End -
          Sejak ini tak ada lagi komunikasi di antara kita berdua, tak ada lagi sapaan seperti dulu dan tak ada lagi senyumnya yang lembut terhadapku.

“maaf aku berbohong lagi. Bukan aku ingin kamu berubah tapi aku hanya ingin mengulur – ulur kesakitan hatimu”

“kalau saja kamu tahu bagaimana perasaanku? Aku tak ingin terikat hubungan apapun denganmu, aku hanya memaanfaatkanmu sebagai pelarianku saja karna patah hatiku”.
Kamu tahu? Setiap wanita pasti akan melakukan hal yang sama denganku dan mungkin juga setiap pria. “aku selalu teringat akan sosoknya yang mengisi hatiku. Bagaimana ia tersenyum, bagaimana ia berbicara, lekukan bibirnya dan cara ia memandangku dari kejauhan juga cara ia menutupi kesedihan di wajahnya, semua masih tersimpan jelas dalam ingatanku, aku menganggapnya tak akan tergantikan. sekeras apapun aku membencinya tapi bayangannya semakin jelas dalam hatiku, aku masih menginginkannya, aku masih mengharapkannya. Aku masih menunggumu Pradiva”,
“kenapa aku menggodamu Dwi? Kenapa aku menerima hubungan ini? Semata – mata karna aku ingin melihat orang yg aku sukai jadi membenciku, karna dengan begitu aku dapat melupakannya, aku ingin dia cemburu, aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan, dia telah memilih sesorang untuk jadi pujaan hatinya, aku mencintainya tapi takdir berkata beda. tidak seharusnya aku membuatmu jatuh hati kepadaku, bukan mau ku lukai dan sakiti dirimu, aku hanya susah untuk berpaling pada sosoknya, aku nggak bisa memberikan sepenuhnya hatiku, bukan karna aku tidak jatuh cinta kepadamu, aku tahu kamu terluka, kamu boleh membenciku. maaf karna aku belum sempat bilang “I love you”. “aku bilang aku mencintaimu Dwi tapi sebenarnya aku mencintai diriku sendiri dan memanfaatkanmu”.


                                                                                                                   Written by
                        Widi

No comments:

Post a Comment