kadang aku tak bisa
membedakan mana yang namanya cinta atau hanya sekedar hasrat biasa. kadang aku
juga tak bisa menempatkan hatiku di mana yang aku inginkan, tapi aku tahu kali
ini hanya perasaan kagum. ya. kejadiannya begitu cepat dan aku tak bisa
mencegahnya. aku pernah menyukai seseorang, tidak ini bukan suka, aku hanya kagum. ya,
kejadiannya kemarin tapi itu sudah berlalu, tidak. tidak berlalu dalam sehari
tapi sebulan 10 hari.
Tepat dimana aku baru saja jatuh cinta dan tak lama kemudian
aku merasakan pahitnya patah hati, harusnya aku tak membagi perasaan ini kepada
orang lain tapi aku terlalu memaksa melawan rasa sakit yang aku alami. aku
menutupi kesakitanku oleh dirinya (dwi). tanpa berpikir panjang aku menjadikan
mu pelarian atas sakitnya rasa hatiku, rasanya seperti kaca yang jatuh dan
pecah, ingin rasanya aku menyatukannya kembali tapi rasanya lama jika aku harus
memperbaikinya.
Sapaku
pertama kalinya dengan nada centil "hai dwi". aku baru mengenalnya
dekat saat kita mulai membagi hati/kasih sayang. dengan garis wajahnya yang
hampir seperti lukisan, ia membalas sapaanku dengan senyuman lembut J. satu minggu berlalu di awal
bulan november. aku menemukan namanya dalam daftar on chat jejaring sosial
Facebook dan aku memulai percakapan lebih dulu " hai dwi, lagi
ngapain?", "lagi online aja widi, widi lagi ngapain?" balasnya
ramah. "oh, sama dong kalo gitu" balasku lagi. 5 menit berlalu aku
menunggu balasan dari chat ku, dia tak membalas dan aku juga mulai tak menghiraukannya.
Aku
pernah menuliskan surat pendek di buku tulis catatan bahasa inggrisnya yang ku
pinjam semalam, hehe konyol memang apa yang aku lakukan, di mana rasa maluku?
haha entahlah tiba - tiba urat malu ku seperti putus seketika saat aku
menuliskan surat itu.
“dwi kenapa nggak balas chat
aku? Kan aku mau speaking sm kamu. Aku nungguin kamu. Oh iya makasih ya udah
pinjemin buku bahasa inggris kamu J” widi~.
Besoknya
aku kembalikan bukunya dan hari itu benar – benar aku tak menyangka ternyata
tulisanku dibaca oleh teman – temanku yang lain, oke aku jadi bahan ejekan,
hahaha
Saat malam kami membahas
sedikit obrolan dan aku yang memulai “Dwi kan punya BB kenapa nggak main
twitter?”, “aku nggak ngerti cara mainnya, buatin ya widi yg baik hati J”, “yaudah nanti aku ajarin
mainnya gampang kok, iya dwi sama – sama”.
2
minggu berlalu, tepat pada pulang sekolah aku baca pesan masuk yang di kirimkan
dwi kepadaku “mulai sekarang kita pacaran ya J”. Dengan heran aku hanya tersenyum dan membalasnya “iya J”.
Aku bertanya pada diriku
sendiri “kita jadian? Aku sama kamu?! Oh, widi apa yang telah engkau lakukan
sampai semua ini bisa terjadi?!”.
Aku memulai hari dengan
hubungan ini, aku berlaga selayaknya orang yang berpacaran. Aku mengirimkan ia
ucapan selamat pagi dan selamat malam, di sekolah aku selalu memandanginya, aku
berjalan di belakangnya saat pulang sekolah, aku bilang “aku pulang duluan ya”,
kita saling mengirim dan membalas pesan seadanya, karna aku memang tidak
menyangka.
Pesan tertuliskan bernama Dwi
“kamu lagi ngapain? Kamu udah sampai dirumah?”, “aku baru sampe. Iya udah kok”
aku balas seadanya dan pada malam hari “aku berangkat futsal dulu ya, aku ada
tournament. Nanti kalo aku udah pulang, aku sms ya. kamu jangan lupa makan sama
sholat”, “iya hati – hati ya, semangat ya sayang. Iya”, “I love you”, “iya J”.
Seminggu kemudian hubungan
kami berlangsung dengan baik – baik tanpa ada pertengkaran sekecil apapun karna
aku mengerti kegiatannya yang ia lakukan setiap malam, meninggkalkan ku demi
hobinya tapi bagi ku itu tidak masalah.
Dia memulai percakapan pada
malam hari sebelum ia berangkat futsal “kamu lagi ngapain sayang? Kamu udah
sholat belum?”, “aku lagi nonton, iya udah kok”, “jam 8 nanti aku ada futsal,
mungkin aku pulang jam 10. Kamu tunggu aku pulang ya sayang”, “oh iya, iya aku
tunggu”.
Jam menunjukan pukul 10 malam
dan aku mulai mengantuk. Aku mulai bosan duduk terpaku asyik dengan laptopku,
bermain games. Online facebook dan twitter.
1 new message Dwi : “sayang maafya aku baru pulang, tadi
temen aku kakinya ke lindas
truk, jadi aku bawa dia ke klinik
dulu, kamu jangan marahnya”. “widi,
I love you”
Pesan ini baru aku baca pagi
hari.
3
minggu hubungan ini sudah berlalu, ia mulai jarang mengabariku karna ia terlalu
sibuk dengan hobinya dan ia tidak pernah bicara kalau ia tidak memiliki pulsa
untuk menghubungiku. Aku mulai merasa bosan, aku baca di situs jejaring
socialnya di akun twitternya dia bilang “no women no cry, no widi I cry” di
tuliskan pada malam waktu ia meminta maaf karna ia pulang terlambat dari ia
bermain futsal.
Sempat
aku bertanya “apa kamu sama mantan – mantan kamu kaya gini? Cuek?”, “haha
mantan – mantan aku? Kayanya banyak banget. Nggak sayang, aku baru pacaran
pertama kali sama kamu. You’re my first love J”. Jawabnya dengan santai
Minggu
ke 4 pada akhir tahun tepat tanggal 31 desember aku bilang “kita lebih baik
putus, ternyata aku belum siap sama kamu yg terlalu cuek”.
Aku tunggu balasan smsnya
sampai 9hari di awal tahun baru.
1 new message Dwi : “kenapa kamu mutusin aku? Aku tau
mungkin kamu lebih memilih dia daripada aku. Andai aja aku dikasih kesempatan
sekali lagi untuk kembali sama kamu, aku pasti akan berubah”.
“maaf Dwi bukan aku tak ingin memberimu kesempatan kedua,
tapi aku hanya ingin kamu berubah. Mungkin lain waktu kita bisa kembali seperti
dulu asalkan kamu mau merubahnya, karna kamu bisa merubahku kapanpun kamu mau”.
- The End -
Sejak ini tak ada lagi komunikasi di antara kita berdua,
tak ada lagi sapaan seperti dulu dan tak ada lagi senyumnya yang lembut terhadapku.
“maaf aku berbohong lagi. Bukan aku ingin kamu berubah
tapi aku hanya ingin mengulur – ulur kesakitan hatimu”
“kalau saja kamu
tahu bagaimana perasaanku? Aku tak ingin terikat hubungan apapun denganmu, aku
hanya memaanfaatkanmu sebagai pelarianku saja karna patah hatiku”.
Kamu tahu? Setiap
wanita pasti akan melakukan hal yang sama denganku dan mungkin juga setiap
pria. “aku selalu teringat akan sosoknya yang mengisi hatiku. Bagaimana ia
tersenyum, bagaimana ia berbicara, lekukan bibirnya dan cara ia memandangku
dari kejauhan juga cara ia menutupi kesedihan di wajahnya, semua masih
tersimpan jelas dalam ingatanku, aku menganggapnya tak akan tergantikan. sekeras
apapun aku membencinya tapi bayangannya semakin jelas dalam hatiku, aku masih menginginkannya,
aku masih mengharapkannya. Aku masih menunggumu Pradiva”,
“kenapa aku
menggodamu Dwi? Kenapa aku menerima hubungan ini? Semata – mata karna aku ingin
melihat orang yg aku sukai jadi membenciku, karna dengan begitu aku dapat
melupakannya, aku ingin dia cemburu, aku ingin dia merasakan apa yang aku
rasakan, dia telah memilih sesorang untuk jadi pujaan hatinya, aku mencintainya
tapi takdir berkata beda. tidak seharusnya aku membuatmu jatuh hati kepadaku,
bukan mau ku lukai dan sakiti dirimu, aku hanya susah untuk berpaling pada
sosoknya, aku nggak bisa memberikan sepenuhnya hatiku, bukan karna aku tidak
jatuh cinta kepadamu, aku tahu kamu terluka, kamu boleh membenciku. maaf karna
aku belum sempat bilang “I love you”. “aku bilang aku mencintaimu Dwi tapi
sebenarnya aku mencintai diriku sendiri dan memanfaatkanmu”.
Written
by
Widi
No comments:
Post a Comment